Cerpen - Aku mendengar kalian, merencanakan langkah menjelang kelulusan. Aku melihat kalian melengkapi syarat pemenuhan menjelang kelulusan. Betapa siapnya kalian menghadapi masa depan, masa setelah kelulusan, masa yang menentukan masa selanjutnya di masa yang akan datang, jauh di masa depan.
Lalu, bagaimana denganku?
Aku yang selalu bersama kalian. Dalam kesibukan yang sama. Melihat, mendengar, menerima dan bahkan mungkin merasakan hal yang sama pula, dalam satu ruangan.
Tapi, cukupkah itu mewakili bahwa aku sama dengan kalian?
Aku terus tersenyum dan tertawa mengiringi kebahagiaan kita, tanpa memperlihatkan fakta suasana hati terdalam yang sesungguhnya. Suasana yang bila kalian ketahui akan merubah persepsi kebersamaan yang telah lama kita
lalui, bersama.
“Lantas, apa yang bisa aku lakukan?”
Sejenak aku berusaha melibatkan Tuhan. Berdialog dengan-Nya. Atau sedikit cengeng kukatakan, ini adalah sebuah curhatan.
“Ya Tuhan, jika memang Engkau telah menyiapkan jawaban atas pertanyaanku tanpa Engkau beritahu saat ini, hamba mohon ridhoilah cara yang akan hamba lakukan.”
Dengan terus mengiringi rotasi kebersamaan, aku sedikit mencoba membuat rencana seperti kalian. Rencana yang secara idealis wajar bagi seorang pelajar, meskipun secara realistis rencana tersebut hanyalah secercah harapan. Bahkan, secara proporsi-pun, rencanaku jauh tertinggal dengan rencana kalian.
Ketidakterpenuhan adalah satu-satunya sandungan yang membuatku berulangkali terjatuh. Sandungan yang membuat rencanaku menjadi minoritas diantara mayoritas rencana kalian. Iya, rencana kalian yang membuatku merasa kepingin, layaknya seorang anak kecil melihat temannya makan ice cream tanpa mampu membelinya.
Aku simpan sendiri rasa jatuh itu, berdiri sendiri, dan mengobatinya sendiri.
Padahal, tempatku terjatuh berada tepat di samping kalian. Entah aku yang pandai menyembunyikannya, atau aku yang terlalu takut mengungkapkannya.
Ironi gak sih?
“Entahlah, bodo amat, yang penting yakin, madep mantep.”
Dengan melibatkan campur baur antara keyakinan, kebingungan, usaha, kepasrahan dan kerelaan, aku terus merangkai minoritas rencanaku, berusaha mewujudkannya dari secercah harapan menjadi perwujudan nyata sebuah asa dan cita-cita di masa depan.
Kelak saat kalian sukses, aku berharap kalian tidak melupakanku.
Dan kelak saat aku sukses, aku juga takkan melupakan kalian.
Karya: Mas Gakusei