Terbit Pada:
Kolom Jum'at ke I, 6 Agustus 2021, Pondok Pesantren Mansajul Ulum, Cebolek Kidul, Pati, Jawa Tengah
Setiap orang selalu berharap kesuksesan dalam hidup ini. Tak ada orang yang mengharapkan kegagalan. Bagi manusia kebaikan dan kesempurnaan adalah meraih apa yang dicita-citakan dan apa yang diinginkan. Sementara kegagalan adalah keadaan yang harus dihindari sebisa mungkin. Karenanya, setiap momen apapun, doa yang disematkan selalu tak meninggalkan harapan untuk sukses.
Manusia boleh berharap, berusaha dan berdoa sekuat-kuatnya untuk mencapai sukses. Tetapi jawaban akhir haruslah kita serahkan kepada Allah, Tuhan semesta alam. Tuhanlah yang menciptakan kesuksesan dan kegagalan. Jika manusia menganggap kesuksesanlah yang baik, dan kegagalan adalah keburukan, maka tidak demikian Tuhan. Pada hakikatnya tiada buruklah ciptaan Allah. Karena seringkali dalam anggapan ‘buruk’ manusia, terdapat pelajaran kebaikan yang hendak disampaikan oleh Allah kepada manusia. Pepatah mengatakan untuk mengetahui siang, harus ada malam. Untuk mengetahui panas harus ada dingin. Untuk mengetahui manis harus ada pahit. Demikian pula, untuk mengetahui sukses haruslah ada gagal.
Tetapi seringkali ketika mengalami kegagalan manusia merasa dunia sudah seperti kiamat. Ada perasaan sedih, putus asa, bahkan terkadang hingga melakukan tindakan destruktif yang membahayakan dirinya. Seperti tindakan bunuh diri atau melukai orang lain yang dianggap menyebabkan kegagalannya.
Sementara di dalam kegagalan sejatinya Tuhan sedang mengejarkan kepada manusia tentang arti kesuksesan. Kita bisa melihat jika seseorang selama hidupnya selalu mendapatkan kesuksesan, maka kesuksesan itu tak akan berarti bagi dirinya. Sementara bagi orang yang pernah mengalami kegagalan, maka saat mendapatkan kesuksesan ia akan merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Sehingga ia lebih bisa menghargai kesuksesan dan usaha yang telah dilakukan.
Selain itu kegagalan juga mengajarkan kepada manusia untuk memahami kesabaran dan ketabahan. Kegagalan adalah keseuksesan yang tertunda. Itu artinya kita tidak boleh merasa putus asa saat mendapatkan kegagalan. Melainkan kita harus berusaha lagi dan lagi agar dapat meraih kesuksesan. Kita harus tetap bersabar dan meningkatkan usaha lebih gigih lagi.
Terkadang kegagalan juga mampu mengajarkan kita untuk memahami keragaman. Seringkali pandangan mata kita hanya tertuju pada satu hal yang menurut kita baik, yang menurut kita ideal, yang menurut kita adalah kesuksesan. Karena pandangan yang sempit itulah yang mengakibatkan manusia tertutup oleh luasnya dunia ini. Tertutup oleh indahanya keragaman alam semesta yang diciptakan Tuhan. Sehingga ketika mereka tidak mampu meraih sasuatu yang dianggap baik, mereka akan merasa gagal. Padahal bisa jadi mereka akan diberikan hal lain yang lebih baik. Disitulah Allah menyapa kita untuk membuka mata kepala dan mata hati kita supaya melebarkan pandangan dan merenungkan keagungan ciptaan Allah yang warna-warni.
Syekh Nabih Jabir memberikan nasehat kepada kita bahwa kegagalan sesungguhnya adalah jalan kesuksesan. Karenanya ketika kita merasa harapan kita belum tercapai, maka hendaklah tetap berbesar hati dan tidak putus asa. Beliau memberikan tips yang menarik dalam kitabnya “Al Fasyal Huwa Thariquka Li An Najah”. Pertama, ubahlah cara pandang kita terhadap diri kita sendiri. Kegagalan bukanlah kesalahan. Kegagalan bukanlah menunjukkan kekurangan diri kita. Sehingga tidak perlu dirundung malu atau minder dengan harapan yang tak sampai. Kedua, bersikap optimis (tafa’ul). Kehidupan ini tidak akan berhenti dengan harapan yang belum tercapai. Kita masih memiliki seribu jalan untuk meraih kesuksesan. Kita masih punya waktu untuk memperbaiki diri. Karenanya tetaplah optimis dalam menjalani masa depan kita. Ketiga, tekun (al mutsabarah wa al muwadzabah). Kegagalan yang kita alami hari ini bisa jadi akibat kurangnya ketekunan kita dalam menjalani sesuatu. Kita menganggap cita-cita dan tujuan yang harapkan itu bisa kita raih dengan usaha yang biasa-biasa saja. Sehingga secara tidak sengaja kita meremehkan dan kurang sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu. Dengan pengalaman gagal, maka kita diingatkan untuk memperbaiki kembali usaha kita.
Banyak tokoh yang sukses dan namanya dikenal dunia, ternyata mereka harus mengalami kegagalan berulangkali. Salah satu diantara mereka adalah Thomas Alva Edison, penemu lampu listrik yang terkenal di seantero dunia itu. Ternyata dalam uji cobanya ia telah gagal hingga seribu kali. Mengapa ia bisa sukses dan gemilang prestasinya? Karena ia mau berusaha lagi dan mencoba lagi. Sementara kita baru gagal sekali sudah mengeluh dan putus asa. Itu artinya, kesuksesan dan kegagalan sangatlah tergantung dari cara pandang dan usaha kita dalam menjalani kehidupan ini. Karenanya, Kun mutafa’ilan wala takun mutasya’iman! (Jadilah orang yang optimis, bukan pesimis!). Ij’al fasyalaka thariqan li naili najahika! (Jadikanlah kegagalanmu sebagai jalan meraih kesuksesanmu!). Wallahu a’lamu bisshawab.
Redaksi EM-YU