Cebolek Kidul - Musibah banjir yang dialami desa Cebolek Kidul pada Kamis (14/7) dini hari membuat warga sangat kaget. Pasalnya selama bertahun-tahun baru kali ini warga dihadapkan dengan banjir yang begitu besar.
Tak tanggung-tanggung, 2 sungai yang melewati desa tersebut tak kuasa menampung derasnya air hingga luber sampai setinggi dada orang dewasa. Di beberapa titik bahkan ada yang sampai setinggi leher orang dewasa.
Salah satu wilayah terdampak parah dari musibah banjir adalah RT 3 RW 3. Tercatat lebih dari 30 rumah terendam banjir.
Tak terkecuali pondok pesantren di RT 3 RW 3 juga menjadi korban derasnya luapan air yang membuat semua santri harus bersusah payah menyelamatkan barang-barangnya.
Sudah seminggu berlalu, kini pasca kejadian musibah banjir tersebut meninggalkan berbagai dampak yang masih dirasakan oleh warga, diantaranya lumpur.
Pondok pesantren Al Inayah yang terletak di RT 3 RW 3 juga menjadi korban tebalnya lumpur yang hampir menutupi semua area kawasan pesantren tersebut.
Hal tersebut mendorong Karang Taruna dan Pemerintah Desa Cebolek Kidul berkolaborasi mengadakan krigan pada Jum'at (22/7) pagi pasca musibah.
Krigan merupakan istilah gotong royong dalam bahasa jawa yang melibatkan sekumpulan orang untuk mengatasi masalah secara bersama-sama.
Lokasi krigan difokuskan pada kawasan pondok pesantren Al Inayah yang memang masih menyisakan lumpur yang tebal pasca banjir.
Pemuda Karang Taruna Cebolek Kidul mengandalkan cara konvensional untuk membersihkan lumpur di sekitar kawan pesantren tersebut.
Berbagai alat tradisional digunakan seperti cangkul, angkong, bendo, pisau, arit, dan beberapa jenis alat konvensional lainnya.
Berikut adalah beberapa dokumentasi kegiatan saat krigan: