Pati, Kabupaten Dengan Kekayaan Tradisi dan Kebudayaannya

kali dibaca

Penulis : Imam Muhlis Ali

Pati mudah di cari

Kabupaten Pati terletak di propinsi Jawa Tengah bagian utara. Tepatnya di lereng timur gunung Muria. Kurang lebih 100 Kilo Meter arah timur Semarang  ibukota Jawa Tengah. Berada di Pantura timur Provinsi Jawa Tengah ini lebih pas dijuluki Kabupaten lereng timur Gunung Muria. Cukup mudah di cari dan di lalui karena sering di lewati bus dan kendaraan dari arah Jakarta menuju Surabaya.


Pati, bekas kerajaan yang makmur sejahtera

Konon dahulu Pati adalah adalah hasil dari 'perkawinan' dua kerajaan yakni Kerajaan  Carangsoka dan Paranggaruda. Oleh 'pendekar sakti' Joyokusumo (Kembangjoyo), wilayah Pati di buat maju, jaya, tentram, pasukan kerajaan yang kuat, rakyat guyub rukun dan sederet 'prestasi' lainnya. Kita boleh membayangkan dulu Pati itu nyaman di tempati karena sebagian besar wilayahnya subur dan melimpah air meskipun sebagian

Pati bagian selatan seperti Kecamatan Sukolilo, Kayen, Gabus, Tambakromo dan lainnya ada kekurangan sumber air. 


Namun ada banyak keanekaragaman sumber hayati dan hewani. Keindahan laut di Kecamatan Juwana seterusnya ke utara sampai Kecamatan Tayu dan Dukuhseti menjadi hal menarik untuk dikunjungi. Perkebunan buah di Kecamatan Tlogowungu, Gunungwungkal, Cluwak, sebagian Margoyoso dan Tayu menjadi kekayaan tersendiri. Persawahan  hutan, rawa-rawa, pelabuhan besar di Juwana menjadi salah satu pusat perdagangan di pulau jawa jaman dahulu. 



Pati dan daerah sekitarnya jaman dahulu terkenal dengan keramahan penduduk dan keluhuran sikap serta budaya warga pati yang suka bergotong-royong dalam kebaikan. 


Pati banyak padepokan ilmu. Pati banyak pesantren keagamaan, Pati banyak tradisi budaya dan kekayaan lokal, serta Pati banyak keunikan-keunikan yang tidak dipunyai daerah lain. 


Tidak ada salahnya kita kembali mengenang jaman dahulu sebagai referensi dan penyemangat. Rasa-rasanya 'kerajaan' ataupun Kadipaten pesantenan (sebelum berubah menjadi Kabupaten Pati) saat itu adalah daerah yang tenang dan tentram namun 'banyak orang-orang sakti:' di Pati. Kita lihat sejarah 'kesaktian' Saridin, kewaskitaaan dan kedalaman ilmu agama dari Waliyullah Syeh Ahmad Mutamakin Kajen, Syeh Ronggo Kusumo desa Ngemplak Kidul,  Sunan Ngerang Juwana, Waliyullah dan Ulama' di penjuru Pati, 

Banyak orang luar Pati yang mengatakan Pati banyak dihuni tokoh-tokoh, Ulama' dan Auliya' yang keramat. Ada istilah Pati daerah seribu paranormal, juga Pati tanah bertuah. 


Kita bisa melihat identitas Pati yakni Kuluk dan Keris Adipati. Dari situ kita bisa mengerti Pati adalah daerah Kadipaten yang kuat tradisi dan kebudayaannya. 


Apapun julukannya, hendaknya tidak hanya dijadikan simbol semata namun esensinya adalah masyarakat Pati yang maju dan berbudaya. 


Kembali di era sekarang, Pati di kenal dengan ekonomi pertanian, buah, ikan, kerajinan khas, seni dan budaya, perusahaan internasional seperti Pabrik Kacang Garuda dan Dua Kelinci.


Kegiatan kreatifitas ekonomi dan makanan khas di kabupaten Pati banyak tersedia. Apalagi dengan potensi wisata alam di wilayah Pati, sungguh banyak. 


Meski sudah ada upaya dari Pemerintah Daerah terkait semua itu, namun sampai sekarang belum begitu maksimal dirasakan masyarakat. Orang luar daerah Kabupaten Pati masih minim yang mengenal Pati. 


Ironisnya, sekarang sampai ini ditulis, orang luar Pati lebih mengenal Pati dengan berita kejahatan dan itu cepat tersebar bahkan viral nasional dan internasional. Dalam hal ini penulis tidak membahas tentang berita viral tersebut. Penulis merasakan sepertinya Kabupaten Pati seakan masih di 'kenal' oleh masyarakat sebagai Kabupaten kecil. Kalah pamor dengan Kabupaten Kudus dan Jepara. Pati 'masih' di 'pahami' oleh masyarakat nusantara sebagai daerah kecil. 


Padahal Kabupaten Pati dengan segala potensi Sumber Daya Manusia (terbukti banyak sekali prestasi pelajar, mahasiswa dan dunia pendidikan serta penemuan teknologi yang menjuarai kompetisi nasional maupun internasional) dan kekayaan alamnya yang luar biasa. Seharusnya ini saja mampu lebih di 'gaung'kan kebesarannya. 


Mungkin tidak ada salahnya masyarakat Pati lebih menggali tradisi, kebudayaan dan kearifan lokal jaman dahulu. Yakni jaman masih bernama Pesantenan Pati dibawah pimpinan Kembangjoyo (Baca Sejarah Pati). 


Kembangjoyo yang seterusnya dilanjutkan Adipati Pragolo mampu menjadikan Pati disegani oleh Kadipaten lain. Disegani karena memang Pati saat itu masyarakatnya kompak, kerja keras dan hidup tentram. Prajuritnya juga berani dan solid. Rakyat Pati dan Para pembesar saat itu diceritakan mampu bersatu. 


Seharusnya generasi sekarang mengambil hal-hal positif dari Kejayaan Pesantenan Pati dahulu. Masyarakatnya betul-betul konsisten terus menjaga kondusifitas dan pemimpinnya mampu menjalankan amanah dari rakyatnya. 


Pekerjaan Rumah bagi Pemimpin Pati khususnya Bupati, yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan terobosan kreatif. Lebih banyak membangun infrastruktur fisik agar arus ekonomi berkembang. Meningkatkan Sumber Daya Manusia di Pati. 


Slogan  Kabupaten Pati "Bumi Mina Tani" sepertinya masih belum maksimal di jalankan. Perikanan belum betul-betul maksimal dan sektor pertanian masih belum berdaya. Meskipun harus diakui Pemerintah Daerah (Pemda) sudah berusaha dan bekerja keras. Seyogyanya Pemerintah Daerah lebih intensif bertemu dengan berbagai komunitas pemuda guna lebih banyak mengetahui kebutuhan generasi sekarang. Mungkin bisa diterapkan generasi muda Pati boleh bekerja dan bersekolah di Kota besar, namun Pemda Pati memberikan semacam garansi bila kembali ke Pati akan dipergunakan Sumber Daya Manusianya. Pemda Pati lebih banyak membangun infrastruktur yang memadai dan bersifat kekinian. Pati seyogyanya benar-benar menjadi Bumi (tempat) kemakmuran nelayan, petani dan masyarakat luas. Pati seyogyanya menjadi tempat produktif. Pati menjadu tempat nyaman dan indah pariwisatanya. Pati menjadi tempat aman bagi semua masyarakat termasuk dari luar daerah.


Mari jadikan Pati menjadi Kabupaten maju dan berbudaya.

Tulis Komentar

Previous Post Next Post